Sabtu, 31 Oktober 2009

memaafkan


sulitkah memaafkan?
itu tergantung...., karena tingkat forgiveness tiap orang berbeda beda. ada juga tingkat kesalahan yang diperbuat oleh orang lain tersebut ikut andil berpengaruh dlaam seberapa besar kita akan melupakan kesalahan itu. ibarat pepatah "karena nila setitik, rusak susu sebelanga"..itu pepatah dulu..
namun, coba kita renungi hakikat dalam diri kita secara pribadi. siapakah kita? apalah kita?.....

karena ternyata Dengan tidak memaafkan, kita mungkin berharap bahwa orang yang menyakiti hati kita itu sama menderitanya dengan kita. Mungkin kita berharap bahwa tak adanya maaf akan membuatnya tersiksa. Namun yang terjadi justru sebaliknya, kita sendiri yang lebih sakit hati karena makin tersiksa oleh memori buruk yang terus kita pelihara.

Mungkin kita berharap, dengan tidak mendapatkan maaf, maka orang tersebut tidak akan pernah menemukan kedamaian dalam hidupnya. Mungkin kita lupa bahwa hidup orang tersebut tidak bergantung pada kita, melainkan pada dirinya sendiri. Jadi, mendapatkan maaf dari kita atau tidak, sebetulnya tidak berpengaruh apa pun terhadapnya. kita sudah ge-er merasa bisa menentukan kehidupan orang lain.

Jika kita tidak memaafkan, apakah hidup orang yang menyakiti hati Anda itu menjadi lebih sengsara dan menderita? Mungkin hidupnya malah jauh lebih bahagia daripada kita, dan dia sudah menganggap selesai semua masalah dengan kita.
Jadi, siapa sebetulnya merugi? Tentu saja kita sendiri. Maksud hati biar untung sekaligus membuat buntung, malah rugi dan buntung sendiri.

Mungkin kita berpikir bahwa memberi maaf akan merugikan diri kita? Gengsi kita jatuh? Harga diri terlecehkan? Betulkah harga diri dan gengsi letaknya di situ? Mungkin kita lupa, dengan memberi maaf itu sebetulnya justru kita perlukan untuk terciptanya relasi yang baik dengan diri sendiri. Karena kita bisa berdamai dengan diri sendiri.

Dengan atau tanpa minta maaf, maka yang terpengaruh adalah diri kita sendiri? karena terkadang Orang lain tersebut tidak memerlukan maaf dari kita karena dia bisa memaafkan dirinya sendiri, dan melanjutkan hidupnya. Jadi, mengapa kita bertahan dengan hidup dalam gelimang sakit hati?

Memaafkan itu melepaskan kita dari penderitaan. Jadi, siapa yang diuntungkan jika kita bisa memaafkan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar